Perahu Kajang atau Perahu Agung
(penyebutan nama perahu oleh sebagian orang di wilyah sumsel) merupakan alat
transportasi tradisional di perairan Sumatera Selatan sekaligus menjadi rumah
pada masa lampau bagi masyarakat di sekitar Sungai Musi dan sungai yang berada
di Sumsel. Diduga, alat transportasi tradisional ini berkembang sekitar masa
kejayaan Kerajaan Sriwijaya (abad VII-XIII Masehi). Jenis perahu ini berasal
dari daerah Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Pada masa lalu Perahu
Kajang banyak dijumpai di Sungai Musi Palembang, akan tetapi sekarang sudah
tidak dapat dijumpai lagi.
Perahu Kajang menggunakan atap dari
nipah yang terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian depan atap yang disorong
(kajang tarik), bagian tengah adalah atap yang tetap (kajang tetap) dan atap
bagian belakang (tunjang karang). Bahan yang digunakan untuk pembuatan perahu
ini adalah kayu jenis kayu rengas, yang sudah tidak ditemukan lagi di wilayah
Kayuagung. Panjang perahu sekitar delapan meter dan lebar perahu dua meter.
Buritan di bagian depan perahu terdapat tonjolan seperti kepala yang disebut
selungku, merupakan ciri khas perahu kajang Kayuagung.
Keberadaan atap (kajang) dari daun
nipah inilah yang menjadi cikal namanya. Layaknya sebuah rumah tinggal, perahu kajang
ini memiliki ruang tengah tempat anggota keluarga beristirahat. Pada bagian
belakang terdapat dapur dan kamar mandi. Barang-barang muatan serta ruang
kemudi berada di bagian depan perahu. Tata ruang perahu terdiri dari bagian
depan, bagian tengah dan bagian belakang. Bagian depan merupakan ruang untuk
menyimpan barang-barang komoditi yang dijual, seperti barang tembikar dan untuk
kemudi. Bagian tengah adalah ruang keluarga untuk tempat tidur. Bagian belakang
adalah kamar mandi dan dapur.
Diperkirakan sejak masa awal
atau proto Sriwijaya, perahu-perahu kajang melaju di Sungai Komering,
masuk ke Sungai Musi, dan lepas ke Selat Bangka, Laut Cina Selatan, hingga ke
Laut Jawa. Perahu-perahu kajang ini selain membawa hasil bumi, juga membawa
gerabah, seperti periuk yang terbuat dari tanah liat. Sebaran perahu kajang
tersebut berdasarkan penemuan arkeologi, ditemukan di beberapa daerah di
Malaysia, Vietnam, Jawa, dan Kalimantan. Saat itu, perahu kajang belum
menggunakan paku, tapi pasak kayu yang diikat dengan tali dari sabut kelapa.
Bahkan, saat Jakarta didirikan dan
dibangun Belanda, ada pusat penjualan periuk dari daerah Kayuagung, yang
kemudian daerah tersebut dinamai Tanjung Priok. Diceritakan hingga masa awal
Indonesia, masih ada pedagang dari Kabupaten OKI berdagang ke Singapura.
Transportasi mereka mengandalkan perahu kajang. Mereka membawa hasil bumi
seperti getah damar, gambir, dan tembikar.
Perahu kajang memiliki dayung dan
kemudi yang terbuat dari kayu. Panjang dayung sekitar tiga meter, sedangkan
panjang kemudi sekitar dua meter. Dayung dibuat dari kayu yang lebih ringan,
sedangkan kemudi dari kayu berat yang bagian tepinya diberi lempengan logam.
Kemudi ditempatkan di bagian belakang, sedangkan dayung digunakan di bagian
depan.
Ciri-ciri lain juga menunjukkan bahwa
perahu ini merupakan tipe tradisi Asia Tenggara yaitu adanya lubang-lubang yang
terdapat di bagian permukaan dan sisi papan serta lubang-lubang pada tonjolan
segi empat yang menembus lubang di sisi papan, merupakan teknik rancang bangun
perahu dengan teknik papan ikat dan kupingan pengikat (sewn plank and lushed
plug technique).
Tonjolan segi empat atau tambuku
digunakan untuk mengikat papan-papan dan mengikat papan dengan gading-gading
dengan menggunakan tali ijuk (Arrenga pinnata). Tali ijuk dimasukan pada lubang
di tambuku. Pada salah lubang di bagian tepi papan perahu yang di temukan di
Sungai Kupang terlihat ujung pasak kayu yang patah masih terpaku di dalam
lubang. Biasanya penggunaan pasak kayu untuk memperkuat ikatan tali ijuk.
Menurut keterangan penduduk Kayuagung
sejak tahun 1980-an jenis perahu itu sudah tidak digunakan lagi seiring dengan
merosotnya pemasaran tembikar Kayuagung ke daerah-daerah lain dan Kemajuan moda
transportasi darat dan sarana berupa jalan memberi pengaruh nyata. Sungai (dan
transportasi air) kehilangan keutamaannya. Biasanya perahu kajang digunakan
untuk mengangkut barang-barang tembikar Kayuagung dan dipasarkan ke
daerah-daerah lain. Pemasaran dengan perahu tersebut berlangsung dalam waktu
yang lama, berbulan-bulan bahkan tahun.
Pada saat ini sudah sukar dijumpai
perahu kajang di wilayah Kayuagung. Selama ini belum ada upaya untuk
melestarikan perahu tersebut, padahal perahu tersebut merupakan ciri khas Kayuagung
dan jenis perahu tersebut banyak terdapat di perairan Asia Tenggara dengan
berbagai variasi. Oleh karena itu pihak pemerintah daerah dan masyarakat perlu
mengusahakan pembuatan perahu kajang untuk melestarikan karya dan keterampilan
nenek moyang dalam membuat perahu.
PERAHU KAJANG, PERAHU TANGGUH PENJELAJAH SUNGAI DAN LAUT
4/
5
Oleh
ompay